Layanan Pendidikan untuk Anak yang Mengalami Hambatan Belajar

Di dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak-anak yang mengalami
hambatan perkembangan belajar, seorang guru tidak dapat bekerja sendiri. Mengingat
keterbatasan pada setiap orang. Dengan bekerja sendiri seorang guru tidak dapat
memperoleh spektrum pengetahuan dan keterampilan yang luas dan tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk menangani sendiri. Untuk melakukan diagnosis dan evaluasi dengan tepat
suatu kasus ini dibutuhkan pengetahuan yang spesifik, seperti: Neurologi, Pedagogi,
Psikologi, Terapi bicara, Fisioterapi dan lain-lain. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui
kerjasama dengan para ahli lainnya.

Hambatan perkembangan belajar yang banyak dialami oleh siswa Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah itu disebabkan oleh faktor internal pada diri anak yang tentu saja
berimplikasi kepada kesulitan belajar membaca, menulis, dan berhitung. Sehingga dalam
memecahkan permasalahan belajar anak seperti ini, kita harus mulai dari kondisi dalam diri
(internal) anak seperti persepsi penglihatan, pendengaran, taktile (perabaan), dan motorik-
kinestetik (gerakan otot dan tulang), yang merupakan akar dan dasar dari munculnya
kesulitan tersebut, bukan diawali dari produk belajarnya yang berupa kesulitan akademis
(membaca, menulis, atau matematika).

Misal dalam kesulitan menulis, ada dua kemampuan dasar yang diperlukan anak-anak
sekolah untuk mengembangkan keterampilan menulisnya, yaitu kemampuan keterampilan
tangan dan kemampuan intelektual. Kemampuan keterampilan tangan, seperti: kemampuan
menggerakkan pergelangan tangan secara fleksibel, jari-jari menulis harus dapat memgang
pinsil dengan benar, gerakan mencoret harus dapat membuat suatu bentuk dalam satu
bidang, sehingga dapat memperlancar gerakan menulis, dan anak harus dapat menggambar
sendiri suatu bentuk sampai kemapuan motorik dan penginderaannya berkembang agar
mereka mampu membedakan berbagai bentuk. Sedangkan kemampuan intelektual meliputi:
berpikir logis, misalnya: ketepatan artikulasi dalam bicara, perbendaharaan kata cukup dan
dapat ditangkap dalam pikirannya, mengenal simbol-simbol huruf dan lafalnya yang sesuai,
dan kemampuan menganalisa lafal huruf dalam kata, menyatukan kembali dengan benar lafal-
lafal huruf tadi menjadi kata (sintesa).

Adapun kegiatan yang perlu diajarkan mencakup: kegiatan sehari-hari yang menuntut
keterampilan koordinasi motorik dan kontrol gerakan otot yang teratur dan terarah, serta
menggerakkan pergelangan tangan dengan lentur dan lancar serta melatih kepekaan ujung-
ujung jari menulis. Di samping itu juga perlu ditunjang dengan kegiatan tingkat lanjut, seperti:
menelusuri bentuk-bentuk geometri dengan menggunakan pinsil dan mengarsir bentuk yang
sudah tergambar, mengucapkan lafal-lafal huruf, menelusuri huruf-huruf dari kertas ampelas,


menyusun potongan-potongan huruf menjadi kata, dan menuliskan kata yang dibentuknya
serta membacakannya untuk orang lain.

Kemampuan dasar lain yang diperlukan untuk pengembangan kemampuan dasar
akademik pada siswa SD dan SMP adalah kemampuan sensorimotor (penginderaan). Pada
tahap awal yang perlu diajarkan adalah: kemampuan membedakan macam-macam bunyi,
kepekaan membedakan macam-macam bunyi dan irama, kepekaan terhadap bunyi-bunyi
pada gerakan benda atau manusia, ketajamanan pengamatan dalam membedakan berbagai
ukuran, kemampuan membedakan ukuran pada bentuk berdimensi tiga, kemampuan
membedakan macam-macam bentuk geometri bidang datar, dan kemampuan membedakan
bentuk-bentuk dan lafal-lafal huruf dari ampelas. Jika kemampuan dasar tersebut telah
dikuasai, maka bisa dilanjutkan pada pengembangan kemampuan membaca kata yang tidak
mengandung sisipan dan akhiran, membaca nama-nama benda yang telah dikenal dengan
menyajikan bendanya dalam ukuran kecil (miniatur), dan membaca nama-nama benda yang
ada di sekitarnya dari kata yang telah ditulis pada sepotong kertas, serta menulis huruf besar
yang disambung dengan huruf kecil juga bisa mulai diperkenalkan.

Setelah kemampuan tersebut dikuasai, bisa dilanjutkan membaca kata atau kalimat yang
mengandung sisipan dan akhiran, yang meliputi: membaca klasifikasi dari kartu bergambar,
membaca kalimat tugas yang ditulis pada sepotong kertas, dan membaca buku bacaan kecil
yang memuat gambar dan kalimat-kalimat pendek yang sesuai. Dengan melalui penguasaan
kemampuan dasar membaca itu, maka kemampuan anak-anak bisa ditingkatkan kepada
kemampuan membaca definisi suatu benda dengan menggunakan kartu bergambar dan kartu
kata; serta menganalisis kalimat untuk mencapai pengertian membaca lanjut (total).



DAFTAR PUSTAKA



Eberwein, Hans (1999). Behinderte und Nichtbehinderte lernen gemeinsame. Basel: Beltz.



G. Heinstock, Elizabeth (1999). Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Usia Sekolah.



Hellbrügge,Theodor,et.al.(1998). Die Montessori Pädagogik und das behinderte Kind.
München:Kindler.



Michael, Berthold, et.al (1996). Grundlagen Meiner Pädagogik. Heidelberg: Quelle & Meyer.



Mercer, C.D. & Mercer, A.R. (1995). Teaching Students with Learning Problems. Columbus:
Charles Merrill.



Lyon, G.R., ed. (2004). Frames of reference for the assessment of learning disabilities: New
views on measurement issues. Baltimore: Paul H. Brookes.



Lerner, J.W. (1999). Educational interventions in learning disabilities. Journal of the
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry 28:326–31.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Layanan Pendidikan untuk Anak yang Mengalami Hambatan Belajar"

Posting Komentar