Identifikasi Anak Hambatan Perkembangan Belajar

Identifikasi (pengenalan) dini pada perkembangan anak merupakan suatu proses yang
penting untuk memahami potensi dan kebutuhan mereka. Semakin dini proses ini dilakukan,
maka upaya pengembangan potensi anak juga semakin efektif. Identifikasi dini pada masa
sekolah sangat menentukan perkembangan anak-anak di masa mendatang. Apabila di usia
sekolah itu kita salah dalam memahami dan memperlakukan anak, maka perkembangan
anak-anak di usia sekolah menjadi terhambat.

Pandangan dan perlakuan yang salah itu antara lain:

1. masa kanak-kanak dianggap sebagai penembus masa kedewasaan, dimana semua
kebutuhan anak ditentukan secara sepihak oleh orang dewasa
2. sifat-sifat moral baik diajarkan, pola berpikir dididik, dan kekayaan budaya ditanamkan
dengan model orang dewasa memahaminya
3. anak harus bekerja sebagaimana orang dewasa bekerja
4. keteraturan internal anak didektekan dari luar atau atas kehendak orang dewasa. Dengan
pandangan dan perlakuan yang salah terhadap anak mengakibatkan perkembangan
anak diatur orang dewasa, kebebasan anak yang sesuai dengan dunianya hilang,
kepatuhan dan disiplin anak tercipta karena otoritas orang dewasa, dan anak menjadi
objek pendidikan dan pengajaran orang dewasa.


Jadi pada prinsipnya dunia anak itu tidak sama dengan dunia orang dewasa. Anak
dan orang dewasa merupakan dua makhluk yang sangat berbeda yang hidup dalam satu
kebersamaan yang dapat menimbulkan pertikaian. Orang dewasa adalah manusia yang
mempunyai kemauan dan berkuasa, sedangkan anak kecil adalah manusia yang tidak tahu
apa-apa, dan tanpa daya mempercayakan dirinya dalam perlindungan orang dewasa. Di
samping itu orang dewasa menciptakan lingkungan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga
dalam lingkungan ini anak bagaikan bukan makhluk sosial, tetapi bagaikan orang asing di
dalam sistem sosial orang dewasa, dan anak merasakan bahwa ”tempatku bukan ini“.
Dengan demikian semakin jelas bahwa irama kerja anak tidak sama dengan irama kerja


orang dewasa dan kebutuhan internal pertumbuhan anak menentukan jenis pekerjaan yang
dilakukannya, sedangkan orang dewasa bekerja karena alasan-alasan dari luar.

Dengan permasalahan tersebut maka kita perlu merubah wacana dalam memahami
dan memberdayakan anak. Anak pada awal kehidupannya bagaikan “malam” yang lunak,
namun dalam bentuk yang lain sama sekali sehingga hanya bisa dibentuk oleh
kepribadiannya sendiri. Anak tidak menyandang tanda-tanda milik orang dewasa yang
diperkecil, melainkan di dalam dirinya tumbuh kehidupannya sendiri, dan hanya ia
pemiliknya. Setiap saat anak harus selalu tumbuh karena pekerjaan ini merupakan karya
cipta manusia yang terbesar sehingga anak membutuhkan orang dewasa untuk hidup, bukan
untuk mengatur perkembangan anak dan menjadikan anak menjadi objek pendidikan dan
pengajaran.

Berdasarkan berbagai penelitian dari para ahli pendidikan anak, telah ditemukan
beberapa keterampilan dasar yang pengembangannya dianggap sangat penting bagi
pendidikan anak sekolah, yaitu keterampilan motorik, sensorimotor, dan persepsimotor.
Keterampilan dasar ini meliputi: keterampilan-keterampilan visual (pengamatan), auditif
(mendengarkan), komunikasi lisan, membaca, dan menulis permulaan, matematika awal,
mandiri secara sosial dan emosional, pemahaman posisi dan arah, warna, tekstur, dan
waktu. Untuk lebih jelasnya, maka keterampilan dasar tersebut dapat dideskripsikan sebagai
berikut:

1. Pengalaman anak melalui gerakan tubuh dan tangan (sensorimotori)


Penggunaan indera (sensorimotor) tersebut dimaksudkan untuk mencapai integrasi
sensori yang baik. Sensori Integrasi (S I) adalah suatu proses neurologis dalam
perolehan informasi melalui pancaindera, lalu informasi ini diolah dalam sistem syaraf
pusat, dan informasi itu digunakan untuk kelancaran dalam melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Jadi sensori integrasi merupakan suatu proses optimasi
perkembangan individu yang tidak pernah berakhir, karena semakin banyak anak-anak
mengerjakan sesuatu dengan sensorinya secara terpadu, maka mereka akan mencapai
kompetensi dan peningkatan integrasi sensorinya secara optimal sehingga anak-anak
tersebut akan lebih banyak menguasai dan memperoleh pengalaman baru.

Pengalaman baru anak-anak sekolah biasanya diperoleh melalui proses belajar
yang berlangsung secara alami, seperti ketika melakukan kegiatan dengan menyentuh
dan merasakan, termasuk dengan bergerak dan menggerakkan sesuatu seperti dalam
proses “belajar sambil bekerja” (Learning by Doing). Rasa dari sentuhan dan gerakan
motorik dalam proses belajar itu diperoleh melalui tiga sistem syaraf dasar seperti berikut
ini:


a. Sistem taktile, memberikan pada kita dua jenis informasi yaitu: a) Rasa protektif,
yang memperingatkan pada kita untuk melindungi diri dari bahaya yang secara
potensial tersentuh oleh kita. b) Rasa diskriminatif, yang menjelaskan bahwa kita
sedang menyentuh bentuk, ukuran, dan permukaan dari objek yang kita raba atau
menyentuh kita. Jadi kita menerima rasa taktile melalui penerimaan dalam kulit
kita.
b. Sistem Vestibuler, yang memberikan informasi pada kita tentang dimana kepala
kita dalam hubungannya dengan seluruh bagian tubuh secara utuh, menjelaskan
pada kita tentang gerak, keseimbangan, dan kemampuan kita dalam menahan
gravitasi bumi, serta pengaturan badan dan otak kita secara efektif dalam aktivitas
sehari-hari. Jadi kita menerima rasa vestibuler itu pada bagian telinga dalam kita.
c. Sistem proprioseptif, menjelaskan kepada kita bahwa tanpa menggunakan
pengamatan, kita bisa memahami posisi dari bagian tubuh kita. Sistem ini sangat
penting untuk perencanaan gerak -- kemampuan untuk menyusun dan melakukan
urutan gerakan yang kompleks. Kita menerima rasa proprioseptif melalui otot-otot,
persendian, dan tulang kita.


Dengan demikian dapat disimpulkan, di rumah dan di sekolah, anak-anak harus
berpartisipasi aktif menggunakan tangannya dan seluruh pengalaman sensorimotornya
setiap hari. Apabila anak pasif -- seperti memperhatikan anak lain yang sedang bermain atau
duduk main game di depan pesawat TV -- tidak akan mendorong anak-anak kita menjadi
siswa yang memiliki kemampuan dan rasa percaya diri.

2. Pengalaman anak melalui sensori dan persepsimotor

Sensori dan persepsi merupakan dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Sensori
(penginderaan) merupakan suatu proses melihat, mendengar, meraba, merasa, dan
mencium sesuatu objek atau informasi yang ada di sekeliling kita, sedangkan persepsi
merupakan sensory analysis, yaitu suatu proses pengenalan, pemaknaan, dan
intepretasi terhadap objek atau informasi yang ada di sekeliling kita yang diterima melalui
penginderaan (sensori).

Latihan sensori merupakan suatu dasar perkembangan manusia, dan melatih
sensori itu adalah suatu pekerjaan yang memiliki arti yang penting dalam pendidikan.
Selama benda, yang oleh manusia tidak diungkapkan dengan menggunakan pancaindera
melalui sensorinya dan tidak dapat dibedakannya, maka berarti tanggapan sesnsori dan
pengalaman realita mereka berkurang. Pada material sensori bukan hanya berguna untuk
pengembangan keterampilan dasar akademik, melainkan juga untuk menyadarkan kesan
yang ada, seperti: kesan itu diingat, diperkuat, ditanggapi, diatur dan dibedakan serta


disusun. Dengan demikian, material sensori dapat dijadikan media yang sangat penting
untuk membantu pengembangan keterampilan dasar akademik anak-anak.Dengan
penggunaan dan pengoperasian material melalui cara menggenggam material yang
konkrit, maka anak berhasil mengembangkan pengalaman mentalnya yang meliputi
abstraksi benda dan lingkungan.

Persepsi pendengaran merupakan kemampuan anak dalam mengenal dan
menginterpretasikan apa yang didengar, meliputi: kemampuan membedakan bunyi,
membedakan tinggi rendahnya nada percakapan, bunyi dalam kata, menceriterakan
kembali apa yang didengar, dan sebagainya. Persepsi penglihatan merupakan
kemampuan anak dalam mengenal dan menginterpretasikan apa yang dilihat, antara lain:
kemampuan mengenal suatu obyek dalam ruang, membedakan satu obyek dari yang
lainnya, keterampilan menyatukan gambar, model, bentuk, huruf, dan kata-kata yang
sama, mengenal bentuk-bentuk geometri, mengenal objek (hewan, alat mainan),
mengenal angka, abjad, suku kata, dan kata. Sedangkan persepsi taktile mencakup
kemampuan anak-anak dalam mengenal objek dengan perabaan, membedakan
permukaan kasar dan halus, menelusuri bentuk geometri, dan persepsi ini diperoleh
melalui kulit dan jari-jari.

Adapun persepsi kinestetik merupakan kemampuan dan kesadaran anak pada
posisi, yakni membedakan bagian tubuh dan kontraksi otot yang dirasakan oleh tubuh.
Persepsi kinestetik ini diperoleh melalui gerakan tubuh dan kontraksi otot. Persepsi
penglihatan, pendengaran, taktile dan kinestetik ini penting untuk mendapatkan informasi
tentang objek atau pengetahuan yang diperoleh melalui koordinasi persepsi motor,
gerakan tubuh, dan hubungan timbal balik di antara persepsi tersebut. Banyak tugas-
tugas sekolah dan aktivitas kehidupan sehari-hari yang membutuhkan kesiapan dan
kematangan koordinasi persepsi sensorimotor secara simultan untuk menunjang
kesiapan anak dalam belajar membaca, menulis, dan berhitung/matematika. Demikian
pula sebaliknya, apabila seorang anak mengalami gangguan koordinasi motorik, integrasi
sensorimotor, dan persepsi, maka anak itu dapat diidentifikasi akan mengalami
hambatan perkembangan belajar.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Identifikasi Anak Hambatan Perkembangan Belajar"

Posting Komentar