Depresi pada Orang Usia Lanjut


Gangguan depresi banyak terjadi pada orang usia lajut, tetapi sering tak terdiagnosis karena gejalanya tumpang tindih dengan penyakit degeneratif yang mereka derita. Padahal jika tidak mendapat pengobatan yang memadai depresi bisa memperburuk penyakit yang ada dan mempercepat kematian masalah ini dibahas dalam Temu Ilmiah Geriatri 2003, dr. E Mudjaddid SpPD KPs dari Sub bagian psikomatik Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI/RSCM mengatakan bahwa prevalensi depresi pada populasi umum 6.5%, sedangkan pada pasien usia lanjut prevalensinya 15,9%. Ditambahkan pada usia lanjut depresi bias berdiri sendiri atau bersama dengan penyakit lain namun harus ditangani dengan sungguh-sungguh karena metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi menimbulkan efek trombogenesis (timbulnya bekuan darah di pembuluh darah).

Terjadinya depresi pada usia lanjut merupakan interaksi beberapa factor, yaitu factor biologi,psikologi, dan social. Faktor biologi antara lain berkurangnya sejumlah neuron (pengantar impuls pada system syaraf) maupun neurotransmitter (zat-zat kimia yang berperan dalam pengantaran impuls system syaraf) di otak.
Faktor psikologi misalnya rasa rendah diri karena berkurangnya kemampuan atau kemandirian, kepedihan ditinggal orang yang dicintai, serta factor kepribadian. Faktor social adalah berkurangnya interaksi social, kesepian dan masalah social ekonomi.
Pemakaian obat dalam jangka waktu lama juga bisa menimbulkan depresi. Seperti pemakaian kortikosteroid, obat kontrasepsi oral, reserpin, alfa metildopa, guanetidin levodopa, indometanin, cimetidin, clopidin, dan propanolol.

Gejala
Menurut dr.Charles E Damping SpKJ (K) dari bagian Psikiatri FK UI/RSCM secara umum gejala depresi bersdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder/DSM-IV (1994) adalah perasaan depresi, kehilangan minat atau kesenangan, penurunan atau penambahan berat badan, insomnia, agitasi, atau retardasi psikomotor keletihan atau kehilangan tenaga merasa tidak berguna atau rasa bersalah berlebihan, kemampuanberpikir atau berkonsentrasi menurun, ketidakmampuan mengambil keputusan, serta adanya fikiran tentang kematian dan bunuh diri.
Mujaddid menambahkan, pada usia lanjut gejala depresi sangat bervariasi, mulai dari perasaan sedih, pikiran terhambat, tingkah laku lamban, kecemasan, kehilangn selera makan, kehilangan rasa senang, cenderung menyusahkan orang lain sampai keluhan somatic/fisik.
Depresi sering disertai gejala fisik seperti sakit kepala, berdebar-debar, sakit pinggang, gangguan saluran cerna dan sebagainya.
Charles menyatakan, para ahli sepakat factor genetic berperan pada gangguan depresi, Pada beberapa penelitian ditemukan adanya perubahan neurotransmitter seperti penurunan konsentrasi serotonin, norepinefrin, dopamine dan asetilkolin serta meningkatnya konsentrasi monoamine oksidase otak akibat proses penuaan. Pada usia lanjut diperkirakan penyusutan atau atrofi otak juga berperan.
Pemilihan obat antidepresan pada usia lanjut, demikian Mudjaddid harus mempertimbangkan efktifitan obat, tolerabilitas, dan efek samping obat, interaksi obat antidepresan dengan obat lain dan kemudahan penggunaan
Beberapa penelitian menunjukkan, psikofarmaka yang diberikan bersamaan dengan psikoterapi memberi hasil jauh lebih baik dibandingkan pemberian psikofarmaka atau psikoterapi saja.

Sumber : Jurnal Kesehatan Mental untuk Lansia

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Depresi pada Orang Usia Lanjut"

Posting Komentar