Pengertian
Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkanbahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnyaobyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalahberbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguanyang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatutanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu danproses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atauperistiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang,Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutanlingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif ,apresiawa stress l menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme. Sebelumnya Selye (1936 ) telah menggambarkan bahwa strees adalah suatu sindrom biologic atau badaniah.Didalam eksperimennya, seekor tikus percobaan mengalami kedinginan pembedahan atau kerusakan sum-sum tulang belakang, akan memperlihatkan suatu sindroma yang khas.Gejala-gejala itu tidak tergantung pada jenis zat atau ruda yang menimbulkan kerusakan,sindroma ini lebih merupan perwujudan suatu keadaan yang dinamakan stress denagn gejala-gejala sistembilogik mahluk hidup itu. Selye menekankan bahwa stress terutama mewujudkan diri sebagai suatu reaksi badaniah yan dapat diamati dan diukur.Stres merupakan suatu reaksi penyusuaian diri,suatu sindroma penyusuaian umum terhadap rangsangan y
ang berbeda-beda.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupak badaniah saja. Ditunjukkkan nya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda. Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ , cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda- beda dari reaksi terhadap stres.
Cary Cooper dan Alison Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stresdapat berupa tanda-tanda berikut ini:
Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tanganlembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yangtidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham,tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuatkcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan danhilangnya minat terhadap orang lain.
Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yangberlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan,penjengkel menjadi meledak-ledak.
Sumberdan macam-macam stresor antara lain :
1.Kondisibiologik.Berbagai penyakit infeksi , trauma fisik dengan kerusakan organ biologik,mal nutrisi, kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologik yang kontinyu
2.KondisiPsikologik.a. Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan moderen.b. berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri (self devaluation ) seperti kegagalan mencapai sesuatu ynga sangt di idam-idamkan.c. berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, kawan atau pasangan hidup yangsangatdicintai.d. berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang sangat menentukan seperti penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi dan lain-lain.e. berbagai kondisi perasaan bersalah terutama yang menyakut kode moral etika yang dijunjungtinggitetapigagaldilaksanakan.
Suka tidak suka keadaan diluar diri kita (lingkungan) akan mempengaruhi kondisi diri kita. ketidaknyamanan fisik, seperti suara mesin yang ribut, ventilasi yang kurang, suhu ruangan yang kurang tepat dan sebagainya, semua itu jelas dapat mempengaruhi kondisi psikis individu.
Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68), gejala stres dapat bcrupatanda-tanda berikut ini:
Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur lidak teratur, sakit kepala, sulit buang airbesar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggungterasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan,berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilanganenergi.
Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dandepresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudahmenyerang, dan kelesuan mental.
Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulituntuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satupikiran saja.
Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan padaorang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencarikesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secaraberlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
3 Model Stress
Cox (dalam Prabowo, 1998) mengemukakan tiga model stress yaitu : Respons-based model, Stimulus- based model, dan Interaction model.
a. Response-based model
Stress model ini mengacu sebagai sekelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit.
b. Stimulus-based model
Model stress ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stress. Tiga karakteristik penting dari stimuli stress adalah sebagai berikut :
(1) Overload
Karakteristik individu ini diukur ketika sebuah stimulus datang secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi.
(2) Conflict
Konflik diukur ketika sebuah stimulus secara simultan membangkitkan dua atau lebih respon-respon yang tidak berkesesuaian.
(3) Uncontrollability
Uncontrollalibility adalah peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebas atau tidak bergantung pada perilaku dimana pada situasi ini menunjukkan tingkat stress yang tinggi.
c. Interactional model
Model ini merupakan perpaduan dari respons-based model dan stimulus-based model. Ini mengingatkan bahwa dua model terdahulu membutuhkan tambahan informasi mengenai motif-motif individual dan kemampuan mengatasi.
Macam-macam Stress
Holahan (1981) menyebutkan jenis stress yang debedakan menjadi dua bagian, yaitu:
- Systemic stress, artinya respon nonspesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan.
- Psychological stress.
Sesuai prinsip Free-Willing dari Victor Emile Frankl, manusia punya kebebasan menentukan respon dari setiap kondisi (stimulus) yang diterimanya. Manusia dengan ‘Kesadaran’-nya dapat memberi jarak antara stimulus dan respon. Jadi, ketika kita berada dalam lingkungan atau kondisi yang tidak nyaman, kita harus bisa menentukan respon positif yang tepat dan bisa dipertanggung jawabkan (Covey, 1989).
Sumber : Prabowo, Hendro. 1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Penerbit Gunadarma.
Covey, R Stephen. 1989. 7 Habit For Effective People. USA.
http://www.akuinginsukses.com/17-tips-mengatasi-stress-dalam-hidup-dan-di-tempat-kerja/