Apakah yang Dimaksud dengan Autisme?
Kalau dilihat sepintas, anak penyandang autis tidak berbeda dengan anak-anak
lain, tapi kala dia berinteraksi dengan teman-temannya, barulah akan terlihat
"keunikan" anak tersebut. Dari cara berbicara maupun cara berkomunikasi sangat
berbeda dengan anak-anak lain seusianya.
Biasanya anak penyandang autis memiliki ciri-ciri, antaralain :
Walaupun tidak bisu, tapi terlambat "berbicara",
Walaupun tidak tuli, tapi tidak biasa "mendengar",
Walaupun tidak suka bertatap mata, tapi tetap "melihat",
Dikatakan “Biasanya” karena tidak semua illustrasi tersebut di atas
itu ada pada anak-anak autis.
Autisme bukanlah penyakit, tetapi berupa "gangguan perkembangan".
Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) adalah gangguan
perkembangan fungsi otak yang kompleks dan sangat bervariasi (spektrum).
Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi
sosial dan kemampuan berimajinasi. Dari data para ahli diketahui penyandang
ASD anak laki-laki empat kali lebih banyak dibanding penyandang
ASD anak perempuan.
Disebut sebagai "penyandang" bukan "penderita" karena
Autisme dipercaya adalah bukan suatu penyakit seperti penyakit flu, pusing atau
sejenisnya yang bisa dengan mudah sembuh dengan obat tertentu.
Secara sekilas, penyandang autis bisa terlihat seperti anak dengan
keterbelakangan mental, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Diagnosa yang akurat
dapat membantu para dokter/ahli menentukan terapi apa yang tepat. Selain itu
perlu diketahui bahwa Autis itu adalah Spektrum Autis. Karena "spektrum"
maka jenis/ciri penyandang autis itu ada banyak, sebagai contoh masyarakat pada umumnya sering menyebutnya sebagai autis yang "sangat berat", "berat", "agak berat",
"ringan", "agak ringan", dan "sangat ringan". Walaupun sebenarnya banyak
ahli mengatakan bahwa penggunaan istilah berat/ parah dan ringan/ tidak parah
bisa menyesatkan. Istilah berat/parah tentu akan membuat orang tua merasa
frustrasi dan sebaliknya jika dikatakan ringan, maka orang tua akan merasa
senang dan lengah serta berhenti berusaha karena merasa anaknya akan sembuh
sendiri.
Pada kenyataannya, baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan
intensif, penyandang autisme sulit untuk mandiri dan hidup normal seperti
layaknya anak/orang pada umumnya. Ini yang membuat orang tua akan merasa
seperti "tersambar petir" saat pertama menerima diagnosa bahwa anaknya
positif autistik. Apalagi kesadaran masyarakat kita untuk menerima "perbedaan"
masih sangat kurang. Ditambah pemerintah juga yang belum terlalu aware
akan anak dengan kebutuhan khusus seperti ini. Belum semua Sekolah mau
menerima anak-anak penyandang autisme dengan tangan terbuka. Maka bisa
dibayangkan "perjuangan" yang harus dilalui oleh para orang tua anak
penyandang autis ini.
Bagaimana Ciri-Ciri Anak Autis :
Sejak lahir sampai umur 24 - 30 bulan anak-anak penyandang autis umumnya
terlihat normal. Setelah itu orang tua akan melihat adanya keterlambatan
berbicara dan keanehan dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Suka dengan
benda-benda yang berputar, tidak bisa memainkan mainan dengan benar. Sebenarnya
Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Ada
beberapa kelainan yang paling menonjol dari anak autis :
1. Komunikasi: Kemampuan berbahasa anak umumnya mengalami
keterlambatan atau sama sekali tidak bisa berbicara. Kalau pun bisa
berbicara, seringkali tidak bisa menggunakan kata-kata dengan benar
atau dengan arti yang lazim digunakan.
2. Bersosialisai (berteman): Sulit berteman, dalam arti tidak bisa melakukan
interaksi seperti layaknya anak-anak dengan teman sebaya. Lebih suka
sendiri.
3. Indra: Sangat sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan,
penciuman, dan rasa (lidah) mulai dari yang ringan sampai yang berat.
4. Bermain: Tidak spontan/reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam
bermain.
5. Perilaku: Ada yang sangat pasif (pendiam) tapi ada juga yang sangat aktif
(hyperaktif). Kadang2 marah tanpa alasan yang masuk akal (tantrum).
Sangat menaruh perhatian pada satu benda yang disukai (obsesi). Dapat
sangat agresif pada orang lain atau dirinya sendiri. Sangat suka rutinitas
dan akan sulit untuk merubah kegiatan rutin anak-anak autis.
Penyebab Autis:
Sampai saat ini, belum ada yang dapat menyimpulkan penyebab pastinya. Para Ahli
masih terus dalam tahap menyelidiki apakah penyebab yang sebenarnya dari
gangguan perkembangan anak ini. Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian
ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya Autis. Ada
yang menyebutkan bahwa Autisme disebabkan oleh kombinasi makanan yang salah
atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun (logam berat) yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar. Ada juga beberapa ahli yang
menyebutkan penyebab Autis adalah Genetik (heriditer), teori kelebihan Opioid,
teori Gluten-Casein (celiac), teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein
Basis dasar, teori infeksi karena virus Vaksinasi (MMR dan Thimerosal/bahan
pengawet dari merkuri), teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Leaky Gut),
teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan
teori orphanin Protein. Karena banyak faktor yang dicurigai maka para ahli
menyebutkan sebagai multifaktoral (banyak faktor).
Cara Penanganan Penyandang Autis :
Terapi dan stimulasi manakah yang paling tepat?
Pada kenyataannya, setiap individu
Autis adalah unik dan berbeda (tidak ada yang persis sama antara satu dengan
lainnya). Oleh karena itu terapi juga harus bersifat individual dan disesuaikan
dengan umur, fase perkembangan dan gejala yang ditemukan. Paparan seorang
dokter anak terkenal: "tidak ada metode yang 100% paling baik untuk semua
anak". Para terapis yang menggunakan berbagai metode berlainan harus bekerja
sama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami kemajuan dengan satu metode
terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau dicari cara terapi lain. Contoh
terapi-terapi yang biasa diberikan adalah Terapi ABA (Applied Behaviour
Analysis), SI/OT (Sensory Integration/Occupational Therapy), BT (Biomedical
Treatment), Floortime-DIR Treatment, RDI, dan masih banyak lagi.
Hal tersebut diatas dari segi terapi, dan bagaimana dengan obat-obatan?
Karena penyebab autis
belum diketahui dengan pasti, maka obat biasanya hanya ditujukan untuk
menghilangkan gejala yang sangat mengganggu, misalnya hyperaktif atau selfinjurious
yang sangat berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang
menyakiti atau merusak diri sendiri dengan membenturkan kepala ke
tembok/lantai. Tapi itu pun harus atas petunjuk dokter.
Yang perlu diperhatikan
1. Khusus dalam penanganan autis ini, kerja sama antara dokter, terapis,
dan orang tua sangat penting demi kemajuan anak.
2. Diagnosa dini dan peran aktif orang tua dapat mempermudah penanganan
anak penyandang autisme.
Sumber : http://puterakembara.org/temp3/Apa_sih_Autisme_itu.pdf
Tanggal Akses : Rabu, 17 Februari 2010 (14:30)
lain, tapi kala dia berinteraksi dengan teman-temannya, barulah akan terlihat
"keunikan" anak tersebut. Dari cara berbicara maupun cara berkomunikasi sangat
berbeda dengan anak-anak lain seusianya.
Biasanya anak penyandang autis memiliki ciri-ciri, antaralain :
Walaupun tidak bisu, tapi terlambat "berbicara",
Walaupun tidak tuli, tapi tidak biasa "mendengar",
Walaupun tidak suka bertatap mata, tapi tetap "melihat",
Dikatakan “Biasanya” karena tidak semua illustrasi tersebut di atas
itu ada pada anak-anak autis.
Autisme bukanlah penyakit, tetapi berupa "gangguan perkembangan".
Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) adalah gangguan
perkembangan fungsi otak yang kompleks dan sangat bervariasi (spektrum).
Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi
sosial dan kemampuan berimajinasi. Dari data para ahli diketahui penyandang
ASD anak laki-laki empat kali lebih banyak dibanding penyandang
ASD anak perempuan.
Disebut sebagai "penyandang" bukan "penderita" karena
Autisme dipercaya adalah bukan suatu penyakit seperti penyakit flu, pusing atau
sejenisnya yang bisa dengan mudah sembuh dengan obat tertentu.
Secara sekilas, penyandang autis bisa terlihat seperti anak dengan
keterbelakangan mental, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Diagnosa yang akurat
dapat membantu para dokter/ahli menentukan terapi apa yang tepat. Selain itu
perlu diketahui bahwa Autis itu adalah Spektrum Autis. Karena "spektrum"
maka jenis/ciri penyandang autis itu ada banyak, sebagai contoh masyarakat pada umumnya sering menyebutnya sebagai autis yang "sangat berat", "berat", "agak berat",
"ringan", "agak ringan", dan "sangat ringan". Walaupun sebenarnya banyak
ahli mengatakan bahwa penggunaan istilah berat/ parah dan ringan/ tidak parah
bisa menyesatkan. Istilah berat/parah tentu akan membuat orang tua merasa
frustrasi dan sebaliknya jika dikatakan ringan, maka orang tua akan merasa
senang dan lengah serta berhenti berusaha karena merasa anaknya akan sembuh
sendiri.
Pada kenyataannya, baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan
intensif, penyandang autisme sulit untuk mandiri dan hidup normal seperti
layaknya anak/orang pada umumnya. Ini yang membuat orang tua akan merasa
seperti "tersambar petir" saat pertama menerima diagnosa bahwa anaknya
positif autistik. Apalagi kesadaran masyarakat kita untuk menerima "perbedaan"
masih sangat kurang. Ditambah pemerintah juga yang belum terlalu aware
akan anak dengan kebutuhan khusus seperti ini. Belum semua Sekolah mau
menerima anak-anak penyandang autisme dengan tangan terbuka. Maka bisa
dibayangkan "perjuangan" yang harus dilalui oleh para orang tua anak
penyandang autis ini.
Bagaimana Ciri-Ciri Anak Autis :
Sejak lahir sampai umur 24 - 30 bulan anak-anak penyandang autis umumnya
terlihat normal. Setelah itu orang tua akan melihat adanya keterlambatan
berbicara dan keanehan dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Suka dengan
benda-benda yang berputar, tidak bisa memainkan mainan dengan benar. Sebenarnya
Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Ada
beberapa kelainan yang paling menonjol dari anak autis :
1. Komunikasi: Kemampuan berbahasa anak umumnya mengalami
keterlambatan atau sama sekali tidak bisa berbicara. Kalau pun bisa
berbicara, seringkali tidak bisa menggunakan kata-kata dengan benar
atau dengan arti yang lazim digunakan.
2. Bersosialisai (berteman): Sulit berteman, dalam arti tidak bisa melakukan
interaksi seperti layaknya anak-anak dengan teman sebaya. Lebih suka
sendiri.
3. Indra: Sangat sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan,
penciuman, dan rasa (lidah) mulai dari yang ringan sampai yang berat.
4. Bermain: Tidak spontan/reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam
bermain.
5. Perilaku: Ada yang sangat pasif (pendiam) tapi ada juga yang sangat aktif
(hyperaktif). Kadang2 marah tanpa alasan yang masuk akal (tantrum).
Sangat menaruh perhatian pada satu benda yang disukai (obsesi). Dapat
sangat agresif pada orang lain atau dirinya sendiri. Sangat suka rutinitas
dan akan sulit untuk merubah kegiatan rutin anak-anak autis.
Penyebab Autis:
Sampai saat ini, belum ada yang dapat menyimpulkan penyebab pastinya. Para Ahli
masih terus dalam tahap menyelidiki apakah penyebab yang sebenarnya dari
gangguan perkembangan anak ini. Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian
ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya Autis. Ada
yang menyebutkan bahwa Autisme disebabkan oleh kombinasi makanan yang salah
atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun (logam berat) yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar. Ada juga beberapa ahli yang
menyebutkan penyebab Autis adalah Genetik (heriditer), teori kelebihan Opioid,
teori Gluten-Casein (celiac), teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein
Basis dasar, teori infeksi karena virus Vaksinasi (MMR dan Thimerosal/bahan
pengawet dari merkuri), teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Leaky Gut),
teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan
teori orphanin Protein. Karena banyak faktor yang dicurigai maka para ahli
menyebutkan sebagai multifaktoral (banyak faktor).
Cara Penanganan Penyandang Autis :
Terapi dan stimulasi manakah yang paling tepat?
Pada kenyataannya, setiap individu
Autis adalah unik dan berbeda (tidak ada yang persis sama antara satu dengan
lainnya). Oleh karena itu terapi juga harus bersifat individual dan disesuaikan
dengan umur, fase perkembangan dan gejala yang ditemukan. Paparan seorang
dokter anak terkenal: "tidak ada metode yang 100% paling baik untuk semua
anak". Para terapis yang menggunakan berbagai metode berlainan harus bekerja
sama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami kemajuan dengan satu metode
terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau dicari cara terapi lain. Contoh
terapi-terapi yang biasa diberikan adalah Terapi ABA (Applied Behaviour
Analysis), SI/OT (Sensory Integration/Occupational Therapy), BT (Biomedical
Treatment), Floortime-DIR Treatment, RDI, dan masih banyak lagi.
Hal tersebut diatas dari segi terapi, dan bagaimana dengan obat-obatan?
Karena penyebab autis
belum diketahui dengan pasti, maka obat biasanya hanya ditujukan untuk
menghilangkan gejala yang sangat mengganggu, misalnya hyperaktif atau selfinjurious
yang sangat berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang
menyakiti atau merusak diri sendiri dengan membenturkan kepala ke
tembok/lantai. Tapi itu pun harus atas petunjuk dokter.
Yang perlu diperhatikan
1. Khusus dalam penanganan autis ini, kerja sama antara dokter, terapis,
dan orang tua sangat penting demi kemajuan anak.
2. Diagnosa dini dan peran aktif orang tua dapat mempermudah penanganan
anak penyandang autisme.
Sumber : http://puterakembara.org/temp3/Apa_sih_Autisme_itu.pdf
Tanggal Akses : Rabu, 17 Februari 2010 (14:30)